Rabu, 18 Maret 2015

ASKES atau BPJS Kesehatan

Ada beberapa sobat PNS yang masih bertanya-tanya akan keberadaan ASKES yang telah dimiliki setelah munculnya BPJS Kesehatan. Mungkin tulisanku ini bisa membantu menambah wawasan akan keberadaan ASKES dan BPJS Kesehatan, berdasarkan pengalamanku ini.

ASKES PNS
Setelah munculnya BPJS Kesehatan sebagian sobat PNS termasuk saya sendiri waktu itu pernah terbersit pertanyaan"Apakah kartu ASKES harus ditukar/diganti dengan kartu BPJS?, Apakah kartu ASKES tidak berlaku lagi setelah adanya BPJS?, Bagaimana kalau seorang PNS mempunyai suami/istri yang juga mempunyai kartu Jamsostek?, dll.

Ternyata....begini pengalamanku:
  • Ketika kita atau keluarga sakit dan harus opname di Rumah Sakit, kita tidak perlu harus mengganti dulu atau mengurus kartu BPJS lagi. Pihak RS sendiri yang akan menangani setelah diketahui bahwa pasien menggunakan ASKES PNS, hal ini karena secara online petugas BPJS di RS sudah mengetahui bahwa kartu ASKES PNS kita secara otomatis terdata sebagai peserta BPJS Kesehatan.
  • Peserta ASKES PNS tidak perlu mengganti dengan kartu BPJS Kesehatan kecuali jika ingin mengganti atau melakukan perubahan data, seperti; mengganti nama Puskesmas/Dokter keluarga, memasukkan anak ke 3, dll. O..ya Sobat, Pada kartu BPJS Kesehatan ini pertanggungan juga diberikan kepada anak ke 3 tidak seperti ASKES yang hanya 2 anak saja. Jadi dengan kartu BPJS Kesehatan ini bisa untuk 5 orang dalam 1 keluarga (Peserta, Suami/istri, dan 3 anak). Bagi Sobat yang ingin memasukkan anak ke 3 sebagai peserta BPJS Kesehatan cukup memenuhi syarat berikut:  

    • Mengisi formulir yang disediakan kantor BPJS Kesehatan setempat
    • Fotocopi Akte kelahiran anak
    • Fotocopi Model C dari instansi
    • Fotocopi Kartu Keluarga
    • Fotocopi slip gaji
    • Photo anak 3 x 4
    • Kartu ASKES PNS ybs. (asli) ditunjukkan saja
  • Bawa semua persyaratan ke Kantor BPJS setempat dan tunggulah untuk proses kurang lebih 10 menit (kalau gak antri lho..!!) Kartu BPJS Kesehatan untuk anak ke 3 sudah JADI.

  • Kalau suami/istri dari PNS juga mempunyai kartu Jamsostek, maka yang ditanggung perusahaan hanya karyawan yang bersangkutan, sedangkan anak semua mengikuti ayah/ibu yang mempunyai ASKES. Kadang muncul pertanyaan, apakah premi yang di tanggung akan dobel? Jika salah dari suami/istri adalah karyawan swasta yang ikut Jamsostek maka yang ditanggung perusahaan hanya karyawan yang bersangkutan, jika ternyata potongan untuk premi Jamsostek masih besar nominalnya hal ini dikarenakan jaminan perlindungan yang diberikan Jamsostek tidak hanya kesehatan saja, tetapi juga jaminan tenaga kerja, jaminan hari tua, dll.
  • Jika PNS pindah tempat atau mutasi, kartu ASKES tetap bisa digunakan di seluruh wilayah Indonesia dan tidak perlu diganti dengan kartu BPJS Kesehatan kecuali jika ada perubahan data seperti di atas. 
Demikian Sobat... jika ada diantara Sobat yang mempunyai informasi atau pengalaman yang lain bisa di share ya....! Semoga bermanfaat.***

Rabu, 04 Maret 2015

Mengantisipasi munculnya DBD

Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman ketika suamiku dirawat selama 7 hari karena terkena DBD (Demam Berdarah Dengue) beberapa waktu yang lalu. Tidak kusangka badannya yang tinggi besar, kuat, bisa tumbang oleh gigitan binatang kecil si nyamuk Aidhes (Subkhanalloh!!). Bahkkan suami harus diglontor 2 ampul Trombosit untuk menambah jumlah trombositnya yang menurun di hari ke-5 sejak mulai demam tinggi. Sekarang Alhamdulillah, sudah sehat dan beraktivitas kembali.

Apa sih DBD itu?
Demam Berdarah Dengue atau dikenal dengan DB adalah pennyakit yang biasa ditemui di masyarakatdan sebagian orang menganggap sebagai penyakit yang ringan. Penyakit ini tidak boleh dianggap remeh, karena tergolong penyakit yang mematikan jika lambat dalam penanganan. Gejala penderita DBD sulit dideteksi diawal sakitnya karena gejala yang muncul juga kadang ditemui pada penyakit lain dan yang anehnya lagi penyebar penyakit ini yaitu seekor nyamuk yang tergolong "priyayi (bhs: Jawa)" karena hidupnya suka pilih-pilih tempat yang bersih.Ternyata DBD tidak selalu identik dengan peanderita pada anak karena kenyataannya tidak sedikit orang dewasa yang juga terkena gigitannya. Nyamuk kan, kalau nggigit nggak pilih-pilih....!Jadi siapapun harus waspada. Penderita DBD bisa diketahui setelah jangka waktu 4-5 hari dari gejala awal muncul, seperti : panas tinggi, pusing, mual, badan terasa sakit/nyeri. Ketika muncul gejala seperti ini dan sudah diberi obat penurun panas oleh dokter tetapi tidak ada perubahan maka penderita harus segera diperiksakan ke Rumah sakit atau peiksa Lab. Disini akan dilakukan cek darah dan pemantauan bintik-bintik pada permukaan kulit. Gejala selanjutnya muncul bintik-bintik merah (tidak selalu ada/kelihatan). Dan jika tidak segera dilakukan penanganan akan berakibat fatal bahkan kematian, apalagi jika penderita sudah mengalami pendarahan seperti: mimisan, muntah darah, BAB bercampur darah. Biasanya penderita DBD pada hari ke 5 panas akan turun muncul keringat dingin, masa ini kita justru harus waspada dan penderita harus selalu dalam pengawasan dokter. Setelah itu akan panas kembali memasuki masa penyembuhan.

Perlukah Penyemprotan/Fogging?

Diawal tahun 2015 ini beberapa wilayah dinyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa) termasuk Kabupaten Kediri, karena banyaknya warga yang terkena DBD dan beberapa orang meninggal dunia. Ketika suatu daerah dinyatakan KLB biasanya pemerintah akan turun tangan untuk mengatasi penyebaran DBD ini yaitu dengan melakukan pennyemprotan atau Fooging. Padahal sebenarnya (menurut saya lho!) penyemprotan ini tidak efektif dan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kenapa tidak efektif?? Karena penyemprotan sifatnya hanya sementara, penyemprotan hanya untuk memberantas nyamuk dewasa/induknya saja sementara telur-telur atau jentik-jentik yang tersebunyi akan tetap hidup, yang nantinya mereka akan menetas dan menjadi nyamuk dewasa lagi. Karena itu sebenarnya yang terpenting adalah dari kesadaran kita/masyarakat sendiri untuk memberantas sarang nyamuk terutama dilingkungannya masing-masing dan selalu waspada ketika sudah memasuki bulan-bulan penghujan.

Bagaimana caranya?

Cara mudah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi munculnya DBD:
* Rajin melakukan inspeksi disekitar rumah dan pekarangan. Selalu waspada di awal musim penghujan terutama musim hujan yang diselingi dengan panas/tidak turun hujan, karena masa ini biasanya nyamuk akan bertelur ditempat-tempat yang menggenang, Inspeksi dilakukan keesokan harinya setelah turun hujan, yaitu dengan segera membuang air dan mengubur benda-benda yang digenangi air sebagai sarangnya nyamuk.
* Tidak membiarkan pakaian tergantung lama ditempat yang gelap dan lembab, karena disini nyamuk Aidhes juga suka nongkrong.
* Rajin memeriksa air kolam, bak mandi (minimal 1 minggu sekali) apakah ada jentik-jentik, kalau ada segera memberi ABATE atau mengurasnya.
* Jika tidak mau repot, taruh 1 atau 2 ekor ikan kecil dibak mandi, biarkan ikan-ikan ini yang memangsa jentik-jentik. Tapi jangan ikan Mujair ya... apalagi ikan paus!!! he...he..
* Bagi anak sekolah atau orang kantoran harus rajin membersihkan sekitar tempat duduknya atau ruang kerjanya masing-masing. Jangan biarkan kertas-kertas menumpuk di bawah meja kerja. Kalau perlu bawa krem anti nyamuk, tapi jangan bawa senapan ya ....!!

Semoga tulisan ini bermanfaat. Da...da....